Daging Jangkrik, Halal Atau Tidak ?
Manfaat daging jangkrik terbukti tidak hanya sedikit saja sehingga patut nih kita coba untuk konsumsi. “Halal tidak sih?”, pertanyaan itu pasti muncul ketika kita akan mengkonsumsinya. Daging jangkrik halal untuk kita konsumsi dan telah terdaftar serta mendapat sertifikat kesehatan dari MUI, jadi daging jangkrik aman untuk di konsumsi.
Kebanyakan masyarakat di Indonesia masih merasa aneh untuk mengkonsumsi daging jangkrik karena melihat bentuknya yang berbeda dari daging yang biasa dikonsumsi dan mengingat awalnya jangkrik hanya dikonsumsi oleh ikan hias, burung, maupun ayam. Sebenarnya, daging jangkrik enak jika telah diolah menjadi makan yang umum kita konsumsi. Jangkrik yang akan diolah terlebih dahulu digongseng (digoreng tanpa menggunakan minyak) supaya lebih gurih. Jangkrik kering pun kemudian dapat diolah, misalnya dijadikan sebagai rempeyek, sate, biskuit, maupun campuran dalam nasi goreng atau olahan lainnya.
Mengelola Jangkrik Menjadi Makanan
Berikut beberapa ide untuk mengolah daging jangkrik menjadi makanan yang enak namun kaya manfaat.
Biskuit stik keju yang gurih dari daging jangkrik. Jangkrik yang digunakan adalah jangkrik yang berumur 20 hari dengan maksud supaya tidak ada sayapnya. Sayap jangkrik tidak mudah dicerna oleh tubuh, sehingga sebaiknya dibuang apabila jangkrik yang akan diolah telah bersayap.
Pertama-tama, jangkrik disiram dengan air panas untuk mengeluarkan kotorannya dan kemudian direbus selama 15 menit. Jangkrik tersebut kemudian dicuci berulang kali sampai bersih dari lendir berwarna hijau. Jangkrik yang telah bersih kemudian dihaluskan dan dicampurkan ke dalam adonan cheese stick yang terdiri dari mentega telur, dan terigu yang telah diadon hingga merata. Adonan yang telah tercampur merata, kemudian dicetak dan digoreng sehingga jadilah Cheese Stick Cheekrik.
Rempeyek jangkrik dibuat dengan menggunakan bahan baku rempeyek pada umumnya. Hanya saja jika biasanya kita menggunakan udang, kacang, atau teri sebagai tambahan rempeyek, maka itu semua dapat diganti dengan daging jangkrik yang telah dikeringkan. Rempeyek jangkrik telah banyak dijual dan bahkan telah sampai ke Istana, lho.
Nah, kalau mau mengkonsumsi daging jangkrik sebagai lauk, kita dapat mencoba nasi goreng jangkrik. Jika biasanya nasi goreng dicampurkan dengan telur, ayam, daging, atau udang, coba ganti dengan daging jangkrik. Nasi goreng pun akan terasa lebih nikmat, gurih, dan bermanfaat. Bahkan menu ini telah ada di restoran-restoran lho, khususnya di Surabaya.
Bangkok, Thailand (ANTARA) - Serangga semisal jangkrik sebagai salah satu sumber makanan yang tersedia di sejumlah negara termasuk Thailand kini disajikan dalam berbagai bentuk makanan sehingga orang-orang tak perlu bertatap mata dengan wujud asli serangga itu saat ingin menyantapnya.
Jangkrik tersedia dalam versi tepung atau bubuk untuk kemudian ditambahkan ke dalam berbagai makanan semisal produk roti, sup, minuman, protein bar. Tak hanya makanan dan minuman, serangga ini juga dijadikan salah satu bahan dalam produk kecantikan.
"Anda bisa coba dalam bentuk produk jadi seperti protein bar. Anda tak perlu melihat langsung wujud jangkrik karena kami menghindari menunjukkannya dalam gambar (di kemasan)," ujar Chief Executive Officer Global Bugs Asia, Kanitsanan Thanthitiwat saat diwawancara di sela perhelatan pameran THAIFEX - Anuga Asia 2022, Bangkok, Kamis (26/5).
Berbicara kandungan nutrisi pada jangkrik, protein termasuk salah satunya. Jangkrik diketahui memiliki kandungan protein lebih banyak ketimbang daging sapi, ayam dan babi.
Studi memperlihatkan, jangkrik bubuk mengandung sekitar 65,5 persen protein, sementara jangkrik dewasa menyediakan 13,2-20,3 gram protein per 100 gram. Beberapa spesies jangkrik juga mengandung sembilan asam amino esensial dalam proporsi yang ideal.
Sebuah ulasan pada tahun 2020 seperti dikutip dari Healthline, menemukan, tubuh dapat mencerna proporsi protein dari jangkrik daripada dari telur, susu, atau daging sapi. Ini menunjukkan tubuh mencerna protein jangkrik lebih baik daripada sumber protein nabati.
Jangkrik memiliki rangka luar keras mengandung kitin atau sejenis serat yang sulit dicerna. Ketika rangka ini dihilangkan, angka kecernaan protein dari jangkrik meningkat secara dramatis.
Selain protein, jangkrik juga mengandung banyak nutrisi lain, termasuk lemak, kalsium, kalium, zinc, magnesium, biotin, asam pantotenat dan zat besi. Satu studi menemukan, kandungan zat besi jangkrik 180 persen lebih tinggi daripada daging sapi. Plus, jangkrik juga lebih tinggi kalsium dan vitamin B riboflavin daripada produk daging seperti ayam, babi, dan sapi.Terlebih lagi, jangkrik termasuk sumber serat yang kaya. Studi menunjukkan, kandungan serat jangkrik bisa mencapai 13,4 persen dalam porsi 100 gram. Selain itu, jangkrik menyediakan lemak yang sebagian besar dalam bentuk asam lemak tak jenuh ganda. Studi telah menghubungkan ini dengan manfaat kesehatan, termasuk perbaikan dalam faktor risiko penyakit jantung.
Masyarakat di negara Afrika, Asia dan Amerika Latin bahkan menjadikan konsumsi serangga termasuk bagian budaya masyarakat mereka. Orang-orang menggunakan sekitar 2100 spesies serangga untuk dijadikan makanan dengan jangkrik menjadi sumber makanan serangga paling umum di seluruh dunia.
Walau begitu, pada kenyataannya, menurut Thanthitiwat, kebanyakan masyarakat di berbagai belahan dunia masih belum bisa menerima serangga sebagai salah satu pilihan bahan pangan sumber alternatif. Penelitian menunjukkan, orang-orang di negara-negara Barat tidak sepenuhnya nyaman memakan serangga karena mereka cenderung memandang serangga sebagai sesuatu yang najis atau berpotensi berbahaya,
Namun, seiring waktu lebih banyak orang mulai menerima konsumsi jangkrik, karena perusahaan makanan menciptakan produk berbasis jangkrik dengan bentuk dan kemasan yang lebih menarik seperti bubuk dan protein bar.
"Semua orang takut (mencicipi jangkrik) tetapi bila Anda membuka pikiran dan paham ini sangat terkait dengan konsep keberlanjutan, hanya membutuhkan sedikit sumber daya untuk membuat 1 kg jangkrik, buka hatimu dan cobalah," kata dia.
Walau begitu, mencoba langsung jangkrik dalam wujud aslinya, mungkin bukan ide buruk. Bela (bukan nama sebenarnya), seorang jurnalis dari Jakarta, Indonesia termasuk salah satu sosok yang akhirnya memberanikan diri mencicipi hidangan jangkrik. Dalam percobaan kali pertama, dia bahkan menyantap langsung jangkrik dalam wujud aslinya.
"Ini kali pertama saya mencoba, rasanya mirip seperti ikan teri. Renyah, saya suka," ujar dia yang akhirnya membawa pulang hidangan jangkrik yang telah dibumbui rasa barbekyu.
Orang-orang dengan riwayat alergi terhadap jenis kerang-kerangan dan tungau debu perlu waspada bila ingin mengonsumsi jangkrik. Tetapi, penelitian di bidang ini masih kurang, dan para ilmuwan masih perlu melakukan lebih banyak studi untuk memahami sepenuhnya potensi reaksi alergi terkait konsumsi serangga. Beberapa peneliti mengingatkan, serangga seperti jangkrik dapat bertindak sebagai pembawa patogen yang dapat menginfeksi manusia dan hewan.
Berbicara harga produk berbasis jangkrik saat ini, Thanthitiwat menuturkan produk jangkrik dalam bentuk bubuk dibanderol 1300 Baht atau setara Rp555.190 per kg dan 250 baht atau 106.767 per 100 gram. Produk sudah tersedia dan bisa dipesan melalui internet.
Lalu, apakah ini akan tersedia di Indonesia dengan mayoritas penduduk muslim? Thanthitiwat mengatakan, sudah ada pembicaraan terkait ini dengan Duta Besar Indonesia untuk Bangkok. Menurut dia, produk ini halal bagi muslim.
"Duta Besar Indonesia sudah mengunjungi kami sebelum pandemi COVID-19 dan beliau berencana datang lagi dengan pebisnis asal Indonesia tahun ini, mungkin bulan depan dan beliau akan kembali ke negaranya, mencoba menyakinkan masyarakat Indonesia tentang konsumsi serangga, mungkin membawa jangkrik dari pulau Jawa," demikian kata dia.
Editor: Maria Rosari Dwi Putri Copyright © ANTARA 2022
Makan serangga merupakan praktik umum yang sudah ada sejak zaman prasejarah. Jangkrik adalah salah satu serangga yang paling umum dikonsumsi. Mungkin tak banyak yang tahu kalau jangkrik kaya akan nutrisi, salah satunya protein.
Beberapa olahan jangkrik, misalnya jangkrik goreng, bubuk protein, dan protein bar tersedia di beberapa wilayah dunia. Apa saja manfaat makan jangkrik buat kesehatan? Simak terus sampai habis, ya!
Jangkrik dapat membantu memberi makan pada populasi yang terus bertambah
Populasi dunia diperkirakan mencapai 9 miliar pada tahun 2050. Jangkrik dapat menambahkan sumber nutrisi yang murah dan efisien untuk pola makan yang mungkin kekurangan protein dan zat besi, sehingga membantu mengatasi kekurangan protein di negara-negara berkembang. Kandungan zat besinya yang tinggi dapat membantu mengurangi salah satu penyakit gizi paling umum di dunia, yaitu anemia defisiensi besi.
Bukan hanya sumber nutrisi, jangkrik juga bisa memberikan mata pencaharian bagi sekelompok penduduk di negara-negara berkembang. Peternakan serangga bisa berskala kecil, sangat produktif, dan relatif murah.
Jangkrik atau bahasa lainnya yaitu cricket merupakan serangga yang biasa menjadi pakan hewan lain. Namun, jangkrik juga bisa diolah dan dikonsumsi oleh manusia, salah satunya dalam bentuk tepung jangkrik. Meski anggapan tidak layak dikonsumsi oleh sebagian orang, tetapi masyarakat tradisional umumnya di Asia dan salah satunya Indonesia sudah mengenal tepung jangkrik terlebih dahulu.
Ketua Umum Pergizi Pangan Indonesia Hardinsyah, memaparkan hasil data yang menunjukkan bahwa dari sekian banyak serangga, jangkrik memiliki ragam manfaat, di antaranya memiliki kandungan energi per 100 gram nya yang rendah dan tinggi protein,
“Tinggi protein biasanya digunakan untuk masa pemulihan, jika untuk orang normal biasa digunakan untuk pembentukan otot, gizi bagi ibu hamil dan pertumbuhan bagi anak. Kandungan energi yang rendah, tentunya jangkrik punya keunggulan untuk healthy diet, kaya akan vitamin dan mineral, protein, dan asam-asam lemak esensial,” jelasnya dalam Alinea Forum-Membedah Potensi Ekspor Tepung Jangkrik untuk Pangan, secara daring pada Senin (31/10).
Masih dari data yang sama, Hardinsyah menyampaikan bahwa tepung jangkrik memiliki kandungan protein dua kali lipat dibanding daging sapi, dada ayam, telur, dan ikan salmon. Bahkan, membandingkan kandungan protein yang ada di dalam telur, perlu memerlukan enam kali lipat agar bisa menyamakan kandungan protein yang ada di dalam tepung jangkrik. Tak hanya itu, bahkan jangkrik memiliki kandungan manfaat lain bagi tubuh manusia, jika dibanding dengan pangan yang biasa dikonsumsi,
“Selain protein, kandungan kalsium jangkrik lebih banyak dibanding susu, zat besi nya juga lebih banyak dibanding sayuran hijau. Seratnya juga lebih banyak, jadi dari protein hewani jarang sekali yang berserat, kemudian jangkrik mengandung omega 3, yang biasanya ditemukan pada ikan salmon dengan harga relatif mahal sekali,” ujarnya.
Meski demikian, umumnya kandungan protein yang ada pada serangga, salah satunya jangkrik bergantung pada siklus hidup. Apabila jangkrik dipanen sejak dewasa atau beranjak dewasa, justru kandungan proteinnya rendah, tetapi memiliki kandungan lemak yang banyak. Maka dari itu, kondisi jangkrik bergantung pada usia panennya untuk dibuat tepung jangkrik, sehingga pengelolaan dan komposisi tepung jangkrik memiliki standardisasi produk untuk dipasarkan dan regulasi.
Ada yang belum tahu atau belum pernah melihat jangkrik? Jangkrik memiliki bentuk seperti gambar di bawah ini. Jangkrik termasuk dalam kelas insecta dengan nama latin Gryllus sp dan bersifat hemimetabola dimana proses metamorfosisnya tidak sempurna. Mulut jangkrik bertipe pengunyah, memiliki 2 pasang sayap yang mana sayap depan lebih tebal dan dikenal sebagai tegumina, sedangkan sayap belakang lebih tipis seperti membran dan dilipat di bawah sayap depan.
Serangga ini dapat hidup di lingkungan kering maupun lingkungan yang basah, khususnya lingkungan yang berumput. Jangkrik termasuk hewan noktural dan dapat mengeluarkan bunyi yang merdu ketika teguminanya saling bersentuhan.
Jangkrik untuk makanan
Jangkrik pada awalnya dimanfaakan sebagai pakan burung baik diberikan secara utuh maupun dijadikan tepung terlebih dahulu. Namun di beberapa daerah, jangkrik tidak hanya dijadikans sebagai makanan burung tetapi juga dijadikan sebagai makanan yang enak dan bermanfaat. Contohnya, sate jangkrik, rempeyek jangkrik, nasi goreng jangkrik, kerupuk jangkrik, bahkan biskuit jangkrik.
Kandungan Daging Jangkrik
Komposisi daging jangkrik telah diteliti dan berdasarkan Penelitian & Pengetahuan (Litbang) ASTRIK (Asosiasi Peternak Jangkrik Indonesia) diperoleh bahwa jangkrik memiliki banyak manfaat.
Jangkrik mengandung 105.49 ppm hormon progesteron, 31.78 ppm testoteron, dan 259.535 ppm estrogen, serta dapat dijadikan sumber energi dengan energi yang dihasilkan sebesar 4.87 kalori/gram.
Protein yang terdapat pada jangkrik yang telah diolah menjadi tepung juga sangat tinggi yaitu 57.32%. Selain itu semua, jangkrik juga mengandung DHA9 asam amino yang diperlukan untuk proses pembentukan sel, glutation (GSH) yang berguna untuk antioksidan pada tubuh, DHA, ARA, Omega 3, dan Omega 6 yang baik untuk pertumbuhan kecerdasan otak anak-anak.
Beberapa manfaat daging jangkrik adalah sebagai berikut:
Daging jangkrik yang telah dikeringkan dan kemudian diolah menjadi tepung, dapat dicampurkan dengan bahan-bahan berupa ramuan alami sehingga akan menghasilkan produk yang mampu meningkatkan stamina dan kebugaran kita.
Protein yang terdapat dalam daging jangkrik jauh lebih banyak dari pada protein yang terdapat pada ayam, sapi, dan udang. Protein sangat penting untuk tubuh manusia sebagai enzim, meningkatkan pertahanan tubuh dan imunisasi tubuh, membantu pertumbuhan anak-anak, membentuk jaringan pada tubuh, dan mencegah penyakit kwashiorkor dan marasmus yang disebabkan oleh kekuragan protein.
Protein dan asam-asam amino yang terdapat pada jangkrik mampu mencegah terjadinya penyempitan pembuluh darah. Cocok untuk mencegah penyakit yang berkaitan dengan penyempitan pembuluh darah seperti stroke.
Daging jangkrik mampu meningkatkan vitalitas baik pria maupun wanita. Selain itu, bagi wanita, daging jangkrik juga mampu menunda menopouse.
Protein yang ada pada daging jangkrik sangat baik untuk anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan. Perkembangan otak anak pun dapat ditingkatkan dengan mengkonsumsi daging jangkrik.
Daging jangkrik dapat mencegah penuaan karena adanya protein collagen yang mampu mepertahankan elastisitas persendian tulang, sel kulit, kornea mata, dan mencegah penyakit katarak, sehingga kita bisa lebih awet muda.
Daging jangkrik mampu meningkatkan kekuatan suara burung berkicau dan mempercepat kemampuan burung untuk berkicau. Bagi indukan, daging jangkrik akan bermanfaat untuk mempercepat produktivitas telurnya.
Ikan hias yang diberi pakan jangkrik akan memiliki warna yang lebih tajam dan perkembangan tubuhnya jauh lebih cepat karena daging jangkrik mengandung kalsium dan mineral. Jenis ikan yang gemar menyantap jangkrik antara lain oscar, alligator gal, piranha, toman, arwana, louhan, dan lain-lain.
Bermanfaat untuk kesehatan usus
Dilansir WebMD, makan jangkrik dapat membantu meningkatkan bakteri alami di usus (mikrobioma) dan mengurangi peradangan dalam tubuh. Dalam sebuah uji coba berskala kecil, tim peneliti memberikan 20 sukarelawan diet serangga untuk sarapan selama dua minggu. Mereka diberikan bentuk jangkrik yang lebih bisa ditoleransi, yaitu dalam bentuk bubuk, yang kemudian dijadikan menjadi muffin atau shake, selama dua minggu.
Studi yang diterbitkan dalam jurnal Scientific Reports tahun 2018 tersebut, Bifidobacterium animalis, strain bakteri usus yang menguntungkan, meningkat sebesar 5,7 kali.
Pada waktu yang bersamaan, tumor necrosis factor alpha (TNF-α), yang dikaitkan dengan kondisi peradangan usus, ditemukan berkurang pada orang yang mengonsumsi bubuk jangkrik dibandingkan dengan orang yang mengonsumsi makanan kontrol.
Temuan ini mengindikasikan bahwa makan jangkrik dapat mendatangkan manfaat pada kesehatan usus. Namun, studi tersebut terbatas dan masih dibutuhkan studi lebih lanjut untuk memahami bagaimana makan jangkrik dapat memengaruhi kesehatan usus.
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Baca Juga: Studi: Konsumsi Prebiotik Tak Ada Faedahnya untuk Vagina
Mengutip HuffPost, industri peternakan adalah salah satu penyumbang terbesar pemanasan global. Menurut Water Foot Print, sapi menggunakan 15.400 liter air untuk satu kilogram daging sapi. Itu diperkirakan merupakan sebagian besar dari air yang dibutuhkan untuk menanam tanaman untuk sapi.
Pertanian saat ini ini menyumbang 38,6 persen dari lahan yang dimodifikasi manusia. Itu tidak berkelanjutan karena populasi manusia terus tumbuh.
Jangkrik dan serangga lainnya merupakan alternatif protein hewani dan bisa menjadi cara berkelanjutan untuk mengurangi efek pemanasan global. Serangga memiliki jejak ekologis yang kecil karena mereka mengeluarkan lebih sedikit gas rumah kaca, membutuhkan sedikit air, dan lebih sedikit pakan per pon daripada protein hewani lainnya.
Adakah risiko makan jangkrik buat kesehatan?
Meskipun jangkrik menawarkan sejumlah potensi manfaat kesehatan, tetapi banyak orang, khususnya di negara-negara Barat, tetap skeptis terhadap produk makanan berbasis jangkrik karena masalah keamanan. Padahal serangga telah aman digunakan sebagai makanan selama ribuan tahun dan umum dikonsumsi di banyak bagian dunia.
Penelitian terbatas menunjukkan bahwa konsumsi produk jangkrik, seperti bubuk protein jangkrik, aman dan tidak menimbulkan efek kesehatan yang merugikan pada orang sehat. Akan tetapi, mengonsumsi serangga mungkin disertai beberapa masalah keamanan lainnya.
Sebagai contoh, penelitian dalam jurnal Molecular Nutrition & Food Research tahun 2018 menunjukkan bahwa orang yang alergi terhadap kerang atau tungau debu juga bisa mengalami reaksi alergi saat makan serangga. Namun, terdapat kekurangan penelitian dalam bidang ini dan para ilmuwan perlu melakukan lebih banyak penelitian untuk sepenuhnya memahami potensi reaksi alergi yang terkait dengan memakan serangga.
Beberapa peneliti mengingatkan bahwa serangga seperti jangkrik dapat bertindak sebagai pembawa patogen yang dapat menginfeksi manusia dan hewan. Studi tahun 2019 menganalisis sampel serangga dari 300 peternakan serangga rumah tangga dan toko hewan peliharaan di Eropa Tengah, termasuk 75 peternakan jangkrik.
Studi tersebut menemukan parasit pada lebih dari 81 persen peternakan serangga. Dalam 30 persen dari kasus tersebut, para peneliti menemukan parasit yang berpotensi menyebabkan penyakit pada manusia.
Hal tersebut tidak berarti makan serangga berbahaya. Ini hanya menunjukkan bahwa, seperti ternak, makan serangga berpotensi menyebabkan sakit. Oleh karena itu, peternakan serangga harus menerapkan pedoman keamanan yang ketat jika mereka memproduksi jangkrik untuk makanan.
Secara keseluruhan, perlu studi yang lebih banyak untuk lebih memahami potensi risiko memakan serangga seperti jangkrik.
Jangkrik sangat bergizi dan terjangkau ini membuatnya banyak dikonsumsi di beberapa wilayah di dunia. Jangkrik adalah sumber protein, lemak, vitamin, mineral, dan serat yang baik dan dapat bermanfaat bagi kesehatan.
Namun, makan serangga dapat menimbulkan risiko kesehatan potensial, seperti reaksi alergi dan kontaminasi patogen. Karenanya, belilah produk dari sumber tepercaya.
Baca Juga: Studi: Konsumsi Tinggi Protein Jaga Otot Tubuh saat Diet
PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID - Pandangan luas terhadap dunia pertanian dan industri hewan peliharaan mengungkapkan bahwa ternak jangkrik bukan sekadar serangga kecil yang umumnya diberikan sebagai pakan burung atau umpan pancing.
Lebih dari itu, jangkrik muncul sebagai potensi usaha yang menjanjikan, membuka peluang bagi para pemula yang tertarik memasuki dunia budidaya.
Dalam alinea pembuka panjang ini, kita akan menjelajahi beragam kegunaan jangkrik, mulai dari peran mereka sebagai sumber pakan hingga kontribusi dalam bidang penelitian ilmiah.
Dengan demikian, kita dapat memahami betapa pentingnya dan beragamnya peran yang dapat dimainkan oleh serangga sederhana ini dalam berbagai aspek kehidupan dan industri
BACA JUGA:Pantang Makan Durian dan Salak Saat Imlek, Kenapa Ya?
BACA JUGA:Ini Loh Manfaat Ajarkan Anak Menabung Sejak Dini, Terapkan Mulai Sekarang Yuk Bund!
Jangkrik memiliki beragam kegunaan, termasuk:
Jangkrik sering digunakan sebagai pakan burung kicauan dan beberapa jenis burung hias. Kandungan protein tinggi dalam jangkrik bermanfaat untuk kesehatan burung.
Para pemancing menggunakan jangkrik sebagai umpan untuk menarik ikan tertentu, terutama ikan-ikan yang lebih besar.
Beberapa pemilik reptil, seperti kadal dan burung hantu, menyertakan jangkrik dalam diet hewan peliharaan mereka karena nilai gizinya.
Jangkrik kaya akan protein
Alasan utama beberapa orang memanfaatkan jangkrik sebagai sumber makanan adalah karena serangga ini tinggi nutrisi, terutama protein. Ulasan ilmiah dalam jurnal Frontiers in Nutrition tahun 2020 menemukan bahwa sebagian besar jangkrik yang dapat dimakan memiliki kandungan protein yang lebih tinggi daripada sumber protein hewani yang lebih umum, seperti kambing, ayam, dan babi.
Disebutkan juga kalau tubuh tubuh dapat mencerna proporsi protein dari jangkrik yang sedikit lebih rendah daripada dari telur, susu, atau daging sapi. Namun, itu juga menunjukkan bahwa tubuh mencerna protein jangkrik lebih baik daripada sumber protein nabati yang populer, seperti beras dan jagung.
Jangkrik memiliki eksoskeleton keras yang mengandung kitin, sejenis serat tidak larut yang sulit dicerna. Inilah sebabnya kecernaan protein jangkrik bervariasi. Ketika eksoskeleton dihilangkan, kecernaan protein dari jangkrik meningkat secara signifikan, menurut laporan dalam jurnal Food Science of Animal Resources tahun 2019.
Dilansir Healthline, beberapa studi menunjukkan bahwa bubuk protein jangkrik mengandung sekitar 65,5 persen protein dan jangkrik dewasa mengandung 13,2–20,3 gram protein per 100 gram porsi.
Menariknya, beberapa spesies jangkrik merupakan sumber protein lengkap, yang artinya mengandung sembilan asam amino esensial dalam proporsi ideal. Spesies lainnya adalah sumber protein yang tidak lengkap karena kadar asam amino yang rendah seperti triptofan dan lisin.
Sumber vitamin, meneral, dan serat yang baik
Jangkrik juga mengandung nutrisi lainnya termasuk lemak, kalsium, kalium, zink, magnesium, tembaga, folat, biotin, asam pantotenat, dan zat besi.
Studi dalam jurnal European Journal of Clinical Nutrition tahun 2016 menemukan bahwa kandungan zat besi jangkrik 180 persen lebih tinggi daripada daging sapi. Selain itu, kandungan kalsium dan vitamin B2 (riboflavin) juga lebih tinggi dibanding produk daging lain seperti ayam, babi, dan sapi.
Tak berhenti sampai di situ, jangkrik juga tinggi serat, nutrisi yang tidak dimiliki oleh sumber protein hewani lainnya. Studi dalam jurnal Frontiers in Nutrition tahun 2020 menunjukkan bahwa kandungan serat dalam jangkrik bisa mencapai 13,4 persen dalam porsi 100 gram.
Jangkrik juga menyediakan lemak, sebagian besar dalam bentuk asam lemak tak jenuh ganda. Penelitian telah mengaitkan ini dengan manfaat kesehatan, termasuk perbaikan pada faktor risiko penyakit jantung.